AMAN Nantikan Pengembalian Hutan Adat Sepenuhnya

Warning tegas dilontar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara (Sulut) untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sorotan serius AMAN adalah program pengembalian wilayah adat dari kawasan hutan negara.

Data yang dihimpun AMAN melalui pemetaan wilayah hutan adat seluas 9,3 juta hektare telah diterima pemerintah. Namun sampai saat ini, hanya tercatat sekitar 19 ribu hektare hutan adat yang dikembalikan ke masyarakat adat.

“Jumlah 19 ribu hektare itu angka yang sangat kecil dari luas wilayah adat yang di tangan pemerintah sebanyak 9,3 juta hektare,” kata Sekretaris Jendral Rukka Sombolinggi, saat diwawancarai, baru-baru ini.

Ia menjelaskan, kalau melihat proses dan mekanisme bagaimana pengakuan wilayah adat oleh negara kepada masyarakat, ini adalah tonggak sejarah. “Dalam sejarah Indonesia, ini kali pertama negara mengembalikan hak-hak hutan adat yang menjadi milik masyarakat adat,” kata Rukka.

Pada 2012 AMAN mengajukan judicial review Undang-undang Kehutanan Tahun 2001 yang mengklaim hutan adat sebagai hutan negara. Akhirnya judicial review terhadap undang-undang tersebut ke Mahkamah Konstitusi berhasil. Saat itu diputuskan bahwa hutan adat yang sebelumnya menjadi bagian hutan negara tidak lagi menjadi hutan negara. Keputusan ini termuat dalam putusan MK No.35/PUU-X/2012. “Sejak keputusan MK itu, kini hutan adat adalah milik masyarakat adat,” tegas Rukka.

Dalam Pemilu 2014, anggota AMAN yang berjumlah sekitar 2.000 komunitas adat di seluruh nusantara telah menyumbangkan suaranya kepada Presiden Joko Widodo. Dari 17 juta jiwa anggota AMAN, sekitar 12 juta masuk dalam usia wajib pilih.

“Secara umum melalui partisipasi politik dalam Pilkada, Pileg, dan Pilpres, AMAN memastikan terpenuhinya hak-hak masyarakat adat di berbagai bidang,” terang Rukka. (tim aman sulut)

MASYARAKAT ADAT MINAHASA SAMBUT SEKJEN AMAN

Syair-syair untaian doa menyambut fajar, Minggu (11/3/2017).

Tambur dan pekikan penari Kawasaran menyapa kesunyian Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado. Tokoh adat Minahasa tampak menyalami Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, yang baru saja menginjakkan kakinya di Tanah Adat Minahasa.

“Penyambutan secara adat ini mau menjelaskan bahwa para penari Kawasaran selaku masyarakat adat, sebagai makawale (tuan dan nyonya rumah) pelaksanaan Rapat Kerja Nasional AMAN, menerima Sekjen AMAN dengan tangan terbuka. Ini juga tanda bahwa kami masyarakat adat Minahasa menyambut dengan keterbukaan dan kegembiraan hati bagi para tamu undangan, tokoh adat se-Nusantara ke tanah kami,” jelas tokoh adat Minahasa, Rinto Taroreh.

Menurutnya, syair-syair yang mengalun bersama setiap gerak para penari Kawasaran merupakan doa permohonan kepada Sang Khalik agar jalan acara Rakernas AMAN V bisa mengalir bagaikan air.

“Kawasaran adalah pembuka jalan. Para penari menyampaikan doa dalam ungkapan kata dan gerak kepada Empung Wailan Wangko agar Sekjen AMAN diberkati, dibukakan jalan. Doa yang sama bagi para peserta Rakernas dan jalannya acara yang telah disiapkan. Kita juga meminta agar para leluhur merestui langkah kita,” ungkap figur penggerak Komunitas Waraney Wuaya ini.

Seirama diungkapkan Nedine Helena Sulu. Wewene Minahasa yang kini dipercayakan sebagai ketua panitia kegiatan strategis masyarakat adat se-Nusantara itu bertutur, kehadiran Sekjen AMAN merupakan kehormatan bagi masyarakat Minahasa.

“Kami merasa terhormat. Sebagai anak dari tanah ini (Minahasa, red)  kami menyambut dengan penuh sukacita Ibu Sekjen. Penyambutan secara adat ini ekspresi penerimaan dan penyambutan bagi Ibu Sekjen dan seluruh tamu, tetua adat se-Nusantara yang akan hadir di Rakernas AMAN,” tandas Sulu yang kini dipercayakan sebagai Wakil Ketua II Dewan AMAN Nasional (DAMANAS).

Sementara, Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi, tampak tak bisa menyembunyikan rasa haru. Penerimaan itu diakui merupakan hal yang luar biasa.

“Saya merasa terharu. Dan saya merasa diterima di tanah ini. Luar biasa,” ucap sekjen perempuan pertama di organisasi masyarakat adat terbesar di dunia ini.

Hadir dalam penyambutan Sekjen AMAN tersebut, tokoh adat Minahasa Rinto Taroreh, Ketua Panitia Rakernas AMAN V Nedine Helena Sulu, para penggerak dan penari Kawasaran Mapanget Wuaya.

Tumpukan Kawasaran ini merupakan bagian dari Komunitas Waraney Wuaya. Komunitas Kawasaran dari masyarakat adat Minahasa di Tanah Tonsea, termasuk wilayah Bandara Sam Ratulangi.

Diketahui, Rakernas AMAN V akan dilaksanakan di Desa Koha Kecamatan Mandolang, 14 – 17 Maret 2018. Terangkai dengan itu akan digelar perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan hari ulang tahun AMAN ke-19, yang akan dipusatkan di Benteng Moraya Tondano pada 17 Maret 2018. (tim aman sulut